Akhir Pekan, Yuk Selfie di Jembatan Pelangi
01.46
Apa
agenda ahir pekan anda? Jika ingin melihat destinasi yang murah meriah
bahkan gratis tidak ada salahnya meluncur ke Dusun Sumingkir, Desa
Bantar Barang, Rembang Purbalingga. Didesa ini anda dapat berjalan dan
selfie di Jembatan Pelangi.
Jembatan
sepanjang 60 meter ini dibangu pada tahun 1977 oleh Gubernur Soepardjo
Rustam sebagai hadiah atas kebaikan warga dusun ini mleindungi dan
memberikan bantuan logistik kepada pejuang sewaktu perang kemerdekaan.
Karena
termakan usia maka jembatan yang membelah Sungai Gintung ini menjadi
seram dan menakutkan. Namun itu dulu, sekarang atas inisatif warga
jembatan ini kemudian di cat dan diperbaiki secukupnya. Kini Jmebatan
ini menjadi cantik dengan berbagai macam warna cat dan pepohonan di
sekitar sungai yang ditata.
Warga
menyebutnya jembatan pelangi karena memang warnanya beragam. Untuk
berjalan di jembatan ini pengunjung tidak di kenakan biaya dan harus
mencopot alas kaki agar jembatan tetap bersih. "Pengunjung juga tidak
boleh mencorat-coret jembatan, " tutur seorang warga kepada PURBALINGGATIMES Sabtu (30/1/2016).
Atas
kreatifitas warga jembatan tua ini sekarang menjadi tempat yang favorit
untuk berfoto terutama di ahir pekan. Karena sudah hampir 40 tahun
warga juga mengingatkan agar pengunjung tetap berhati-hati ketika
melewati jembatan ini. Happy weekend. (*)
sumber:http://www.malangtimes.com/baca/9407/20160130/072335/akhir-pekan-yuk-selfie-di-jembatan-pelangi/
Desa Wisata Purbalingga Dikunjungi 276.000 Wisatawan
01.46
Pengunjung lain ke desa wisata Limbasari, Siwarak,
Pekiringan, Karangbanjar, Purbayasa, dan Kedungbenda. “Pertumbuhan
desa-desa wisata tentu akan menambah daya tarik wisata di Purbalingga.
Dan, diharapkan dapat mendongkrak perekonomian warga masyarakat,”
ujarnya. Subeno menyatakan tidak merasa khawatir dengan pertumbuhan desa
wisata tersebut. Segmen wisatawan yang disasar untuk berkunjung ke desa
wisata di Purbalingga tentu masyarakat di luar daerah. Dia berharap,
wisata di Purbalingga tak hanya menawarkan kunjungan ke
destinasi-destinasi yang memiliki daya tarik wisata besar, seperti
Owabong, Sanggaluri, Purbasari, Pancuranmas atau ke Gua Lawa.
Tren untuk
menikmati desa wisata yang mulai meningkat juga perlu mendapat
perhatian. Makin Meningkat Dia berujar, sejumlah desa kini tengah getol
mengembangkan potensi desanya sebagai desa wisata. Gereget membangun
desa wisata terlihat makin meningkat seiring dengan pertumbuhan sektor
pariwisata di Purbalingga. “Sejumlah kepala desa sudah menghubungi kami
dan meminta dibimbing serta difasilitasi untuk membangun desa wisata,”
ucap dia. Subeno menekankan, pihaknya menyambut positif gereget dari
sejumlah kepala desa yang sangat antusias untuk membangun desanya
sebagai desa wisata.
Beberapa kepala desa di antaranya, bahkan telah
melakukan studi banding secara mandiri ke desa wisata lain di luar
Purbalingga. Dan, beberapa kepala desa lain melakukan studi banding
dalam daerah seperti ke Desa Panusupan, Kecamatan Rembang dan Desa
Serang, Kecamatan Karangreja. Sementara itu Budi, tokoh pemuda Desa
Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang menuturkan, pihaknya bersama para
pemuda lain menyiapkan sejumlah daya tarik wisata di desanya, seperti
Jembatan Pelangi, pohon jamur raksasa, dan puncak Gunung Gadung.
Jembatan pelangi merupakan bekas jembatan gantung tua yang kini sudah
tidak dimanfaatkan, tapi banyak wisatawan yang datang berkunjung untuk
berfoto selfie dan menikmati kesegaran air sungainya. “Wahana wisata ini
nanti akan kami kemas dengan wisata sejarah Monumen Tempat Lahir
Jenderal Soedirman di desa kami,” ungkap Budi. Terpisah, Kepala Desa
Karangreja, Kecamatan Karangreja Sudjarwo mengungkapkan, pihaknya saat
ini tengah menyiapkan area istirahat yang berada di jalur Bobotsari-
Pemalang. Selain itu, pihaknya bersama para pemuda juga tengah
menyiapkan wisata sunrise Bukit Persil yang juga tak kalah memesona
dengan bukit lain. “Kami tergugah mengembangkan potensi desa setelah
belajar ke Kota Batu Jatim serta melihat beberapa desa wisata di
Purbalingga,” ujar Sujarwo. (K35-57)
Ada Pelangi di Jembatan Gantung
06.14
Pena Desa – “Cekrek..Cekrek..” bunyi kamera para pengunjung yang terdengar di sepanjang jembatan pelangi Dusun Sumingkir, Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang Purbalingga.
Saat ini, suasana jembatan sangat berbeda dengan kondisi setahun yang lalu, dimana dulu warga merasa takut dan tidak nyaman untuk melewati jembatan yang di bangun pada tahun 1977 sebagai hadiah dari Supardjo Rustam, Gubernur Jawa Tengah saat itu atas kebaikan warga Dusun Sumingkir yang telah membantunya selama mengungsi pada jaman penjajahan dulu. Kini yang terlihat hanya senyum dan tawa para pengunjung, bahkan ada beberapa pengunjung yang tiduran di jembatan.
“Sengaja main kesini. Aman, tidak takut, tadi aja sempat tiduran di jembatan. penasaran liat di foto-foto teman. Ternyata pas kesini memang bagus. Tadinya tak kira bukan di Rembang,” ungkap Risky Praismi Triyuka, pengujung dari Jatilawang, Banyumas.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengunjung lain.
“Senang, jadi ada tempat wisata yang dekat, bisa buat refresing sama anak-anak, murah, tidak perlu capai dijalan.,” ungkap Wanda Agestia, pengunjung dari Desa Sumampir.
Jembatan sepanjang 60 meter dengan lebar sekitar 2,5 meter yang kedua sisinya hanya dibatasi rangkaian besi ini kini telah berubah, tidak menakutkan seperti dulu. Berbagai macam warna terhampar disepanjang jembatan, membuat suasana semakin ceria, seceria warga Dusun Sumingkir yang kini telah memiliki jembatan permanen yang aman dan nyaman seperti impikan mereka puluhan tahun lalu.
Saat berada diatas jembatan pelangi, pengunjung juga bisa melihat jembatan Soeparjo Rustam yang baru, yang dengan anggun membelah sungai Gintung. Pemandangan disekeliling jembatan menambah sejuk hati, sungai yang mengalir deras, pepohonan hijau disekeliling sungai, dan angin yang bertiup sepoi-sepoi.
Pemuda Dusun Sumingkir terinspirasi mengecat jembatan gantung dengan warna seperti pelangi karena saat sekarang ini sudah jarang melihat pelangi. Menurut nenek moyang mereka pada zaman dahulu di kedung (bagian sungai yang dalam) dekat jembatan sering terlihat bidadari yang sedang bermain ketika muncul pelangi.
“Maka dari itu kita bikin versi nyatanya bukan Cuma dongeng. biar nantinya banyak bidadari yang selfie di jembatan pelangi,” Ujar Beby Hanzian sembari tertawa.
“Untuk berkunjung bebas, tidak ada pungutan, kalau mau ikut membantu perawatan jembatan ya silahkan, tidak juga ngga apa-apa. Yang penting pengunjung rapi, mematuhi aturan seperti menjaga kebersihan, melepas alas kaki sebelum naik kejembatan, tidak mencorat-caret jembatan, dan berhubung jembatan sudah tua para pengunjung harus hati-hati tidak boleh melebihi daya tampung jembatan” imbuhnya.
Meskipun belum ada sebulan selesai dicat pelangi, setiap harinya puluhan pengunjung dari pagi hingga sore datang silih berganti, baik dari warga sekitar maupun dari luar daerah. Semoga tetap lestari dan terjaga dengan baik.